TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Juda Agung mengatakan BI sedang mencermati mata uang digital Libra yang akan dirilis Facebook.
Baca juga: Mengenal Libra, Mata Uang Digital 2020 dari Facebook
"Kami Bank Indonesia tentu saha terus mencermati, karena ini kan belum keluar, baru di-announced. Kalau tidak salah kuartal I tahun depan dirilis," kata Juda dalam diskusi mengenai kebijakan makroprudensial di Grand Indonesia, Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019.
Menurut Juda, Libra dengan bitcoin didukung oleh aset-aset yang high class, seperti emas atau US Treasury dan sebagainya.
"Kami akan lihat apakah ini sebuah mata uang asing, seperti dolar. Ini masih terus kami cermati," kata Juda.
Tapi posisi BI saat ini, kata dia, bahwa mata uang yang sah untuk transaksi di dalam negeri adalah rupiah.
Dia mengatakan dua tahun lalu BI melarang bitcoin sebagai alat transaksi, begitu juga dengan beberapa negara. Pelarangan itu, karena tidak jelas dasar hukum atau underlying-nya. Kedua, karena banyak unsur spekulasinya, apalagi jumlahnya semakin lama semakin terbatas.
CEO Facebook Mark Zuckerberg pada akun pribadinya, Selasa, 18 Juni 2019 mengatakan, mata uang digital akan segera bertambah satu seiring dengan kehadiran Libra. Mata uang digital buatan Facebook yang sedang dipersiapkan kehadirannya pada 2020 mendatang.
Dilansir dari www.worldatlas.com, dunia saat ini memiliki 180 mata uang yang digunakan di 195 negara. Jumlah tersebut belum termasuk dengan mata uang digital yang kabarnya jumlahnya mencapai lebih dari 1.000. Libra nantinya akan dapat digunakan oleh semua orang guna kepentingan finansial mereka. Hal tersebut dimungkinkan karena Libra sendiri dibangun dengan blockchain dan bersifat open source.
“Kami berharap untuk menawarkan lebih banyak layanan untuk orang-orang dan bisnis -- seperti membayar tagihan, membeli kopi dengan scan kode, atau naik transit publik lokal tanpa perlu membawa uang tunai atau metro pass,” tulis Zuckerberg.
Libra sendiri direncanakan akan menjadi mata uang yang stabil karena didukung oleh adanya cadangan aset nyata yang bunganya akan digunakan untuk berbagai kepentingan mulai dari memastikan bahwa biaya transfer rendah, hingga membayar deviden kepada para investor, dan bursa untuk melakukan jual beli Libra. Berbeda dengan uang digital lain yang memiliki grafik naik turun yang drastis karena berdasarkan ekspektasi.
WORLDATLAS |FACEBOOK | LIBRA| RIDWAN KUSUMA AL-AZIZ